komentar anda

ShoutMix chat widget

7.16.2009

chapter 11 Persiapan Pertobatan dan penundaan terakhir

Meskipun Papa i Wunte semakin terbuka ia belum dapat mengambil langkah terakhir yang memutuskan. Sekarang ia mengajukan ,” kalau saja Raja Luwu tidak lagi menguasai kami, kami dapat menjadi Kristen.”
Raja Luwu tersebut, yang berasal dari wilayah selatan Tanah Poso . Sejak dulu menjadi penguasa wilayah Orang Poso. Raja itu, yang selalu dihormati oleh semua ayah dan kakek dari mereka yang sekarang hidup. telah menjadi semacam dewa dalam pandangan mereka Mereka berpendapat bahwa perpindahan agama sekaligus berati pemberontakan terhadap Raja Luwu, dan itu pasti akan menyebakan suatu luapan kemarahan dari roh-roh nenek moyang mereka, yang selalu setia pada raja tersebut.
Syukur bahwa pada tahu 1906 pemerintah Belanda mulai campur tangan dengan tegas dalam keadaan di Sulawesi Selatan dan Sulawes Tengah. Kebebasan yang berlebihan dari orang Napu dibatasi; kerajaan-kerajaan orang Bugis, a.l. di Luwu ditaklukan. Kerajaan Luwu dipaksakan untuk mengirim utusan-utusan kewilayah disekitar danau Poso, guna mengumumkan kepada para kepala Orang Poso, bahwa Raja Luwu telah melepaskan kuasanya atas wilayah mereka, sehingga mereka tidak lagi perlu berurusan dengannya.


( foto: Missionaris Hofman bersama anak didiknya)

Missionaris Hofman yang telah mengambil alaih peranan sayam berhasil mengumpulan beberap desa orang Pebato dalam suatu desa yang baru. Pusa desa yang baru ini, Kasiguncu, terdiri dari kedua desa Papa i Wunte, yaitu Panta dan Mopayawa. dimana kami sudah bekerja bertahun-tahun. Seringkali bapak Hofman pergi dari temapt tinggalnya di Poso ke kasiguncu guna menyusun tata desa itu, dan untuk mendorong orang untuk berpindah. Dalam semua hal itu Papa i Wunte selalu menolongnya dengan setia dan rajin . Sebuah gedung sekolah mulai dibagun, dan banyak anak dikupulkan disitu. Dan pada waktu ruamh zending yang baru telah selesai, Keluarga Hofman pinda dari Poso ke desa yang baru itu.
Berkat perkembagan ini seluruh Tana Poso, dan khususnya wilayah yang pusatnya ialah desa Papa i Wunte, telah memasuki suatu tahap baru. Pengaruh Luwu telah dihilangkan dan kami sangat berharap bahwa sekarang Papa i Wunte menjadi Kristen. Tetapi hal itu belum terjadi. Kadang-kandang kami malah memperoleh kesan bahwa ia mau mundur menuju jalan-jalan tua. Meskipun pengalaman itu mengecewakan kami, namun kami sekaligus gembira melihat bahwa penerimaan Injil membutuhkan pengabdian yang lebih besar dari pada yang kami bayangkan. Semua hambatan yang bersifat lahiriah sudah dihilangkan; dalam perkara-perkara yang umum orang selalu mengikuti nasehat para missionaris
Seorang dari luar, yang tiba di Kasiguncu dapat saja berpikir bahwa ia telah tiba dalam kampung Kristen. Namun tampaknya tuntutan pertobatan membutuhkan suatu pengabdian yang lebih besar dari pada apa yang dipikirkan dan mengenai hal itu kami bersukacita
Jikalau perkara ini hanya tergantung pada Ine i Maseka , istri Papa i Wunte selalu hadir dalam pertemuan pada hari minggu, tetapi pemberitan Injil yang dilaksanakan bapak Hofman, atau yang dibawah oleh Dr Adriani dan saya, tidak menerima tangapan karena ia selalu berdiam diri
Ia masih memerlukan persiapan lebih banyak, dan hal itu disediakan dari pihak sekolah, Sekolah itu telah mendidik beberapa murid, dan sebagai pemuda mereka ingin menjadi Kristen, Para Orangtua tidak setiap minggu di mana menurut sekolah ini akan dipersiapkan guna menerima baptisan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar