Tetapi pergi ke pertemuan pada hari minggu kita harus berdoa kepada Tuhan. Itu sebabnya saya menasehati semua kepala desa dan kepala keluarga : marilah kita mengumpulkan anak-anak kita, dan bersama-sama merundingkan untuk menjadi orang Kristen. Kemudian kita akan memutuskannya bersama pada esok hari.”
Bapak Hofman masih menulis kepada kami, : Pidato ini sangat berkesan kepada kami, karena baru kali ini Papa i Wunte yang begitu dihormati oleh semua orang mengajak mereka secara umum dan terbuka untuk menjadi orang Kristen. Bagi kami, yang senantiasa melihat suasana naik dan turun seperti arus gelombang laut, inilah saat yang mengharukan.
Karena bagaimanapun perkembagannya lebih lanjut pada prinsipnya telah ada suatu keputusan. Papa i Wunte sendiri mulai menebang pohong kekafiran.” Dan memang begitulah kenyataanya. Setiap hari Sabtu malam ditentukan waktu untuk mempersiapkan para calon batisan.
Dan pada hari Natal pertama tahun 1909 sekitar 100 orang dewasa dan anak dibatis di Kasiguncu, dan pada hari berikutnya lagi 66 orang dari longkida.
Orang yang paling gembira dari semua orang yang dibaptis ialah Ine i Maseka, yang dalam tangan Tuhan paling berperan untuk mendorong suaminya mengambil langkah yang penting ini. Selama upacara babtisan dia selalu sibuk untuk menunjukan kepada orang yang akan dibaptis bagaimana caranya mereka perlu berlutur dan melepaskan kain kepala, supaya air babtisan dapat menetes di dahi mereka
Saya hadir dalam upacara ini, karena bapak Hofman telah minta pertolonganku. Karena penyakitnya ia sudah tidak mampu melakukan semuannya sendiri. Pada akhir upacara baptisan ada suatu acara makan yang gembira, dimana saya duduk di sebelah Papa i Wunte. Selama waktu makan bersama itu, ia menceriterakan kepadaku mengapa ia begitu lama masih ragu untuk mengambil langkah yang menentukan , “ Apa yang terjadi dengan kami tidak lain daripada apa yang terjadi dengan suatu tentara orang Toraja dulu. Tentara itu terdiri dari orang Napu, Orang Pebato,Orang Lage dan orang lain lagi. Kalau suatu desa direbut, setiap orang mengambil beberapa tawanan ke wilayahnya. Begitupula Jiwa –jiwa manusia . Jiwa-jiwa yang ditangkap oleh Roh-roh hutan dibawa kedalam hutan; orang yang ditangkap oleh Anitu, dibawah ke wilayah mereka, Dan para jiwa yang dikuasai Allah, dibawahNya di Sorga. Lama sekali aku tidak mau ditangkap Allah . Aku seperti anak panah dalam panahan, kadang-kadang lepas, kadang-kadang tegang untuk ditembahkan, tetapi aku tidak pernah mau ditembakan.
Aku selalu berpikir akan anggota keluargaku yang tidak mau ikut, dan yang bisanya membutuhkan saya untuk melakukan upacara pengorbanan dan perkara keagamaan yang lain. Tetapi setelah pemerintah Belanda datang saya mengatakan bahwa sekarang semua beres, sekarang kita semuanya dapat hidup secara damai, Namun saya merasa ada benarnya perkataan para zendeling yang mengatakan bahwa perdamaian itu hanya berlaku dalam hidup ini, jadi bagaimana dengan jiwamu nanti, kalau anda belum membiarkan dirimu ditangkap Allah?
Dan sekarang aku telah berkata, bahwa hal ini harus terjadi; aku tidak boleh lagi memandang keluargaku yang tidak mau ikut. Dan sekarang aku telah menyerahkan diriku, hatiku sekarang diarahkan kepada Tuhan Allah,”

( foto: kegiatan mempersiapkan ucapan syukur berupa masak-memasak )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar