komentar anda

ShoutMix chat widget

7.15.2009

chapter 3 Kelemahan Papa i Wunte

Kelemahan Papa i Wunte ialah bahwa ia senantiasa ingin bersahabat dengan setiap orang. Itu sebabnya seringkali ia tidak bisa bertindak dengan keras. ia merasa dirinya tidak mampu untuk mengambil suatu keputusan terakhir. Percakapannya menarik dan masuk akal. dan itulah yang sering menjamin kemanangannya. kebaikan hantinya yang sungguh- sungguh menarik semua orang untuk membuka diri di depannya. tetapi kuasa moril, yang dibutuhkan oleh seorang kepala untuk memerintah anak buahnya, kurang dimilikinya. orang dari desanya sendiri ( jadi anggota keluarganya) sangat dikasihaninya, tetapi ia tidak dapat mengatur mereka. jalan keluar, kalu ada yang menolak perintahnya, adalah dengan menimbulkan rasa malu dalam diri mereka yang menolak
“ waktu anda di denda orang Napu, bukankah aku yang menolong anda mendapat seekor kerbau, tetapi sekarang aku minta anda tidak mau menolong. “dan kalau orang yang menolak itu tidak terlalu bersikeras. Ia menjadi malu dan menaati perintah tersebut.
Pernah pada saat Papa i Wunte membutuhkan seseorang yang dapat membawa sebuah pesan ke suatu desa yang berjauhan: ia menunjuk seorang pemuda, namun pemuda itu mengatakan bahwa kakinya sakit, Papa i Wunte tahu bahwa hal itu hanya suatu alasan yang dibuat-buat. Memerintahkan dengan keras: ’Anda toh harus pergi”, tidak mungkin dilakukannya” waktu kamu berhutang dan hampir di denda, bukankah kakiku juga sakit dari semua perjalanan antara Mapane dan desa ini, guna membela kamu?” setelah perkatan itu, pemuda tadi berdiri dengan pelan. Mengambil berkas dan pergi melakukan tugas sambil terdiam.
Pada waktu pemerintah Belanda merebut wilayah Napu, ada bahan-bahan yang perlu diangkut ke sana. Papa i Wunte telah menunjuk beberapa orang untuk menjadi kuli angkut. Tetapi pada pagi hari yang berikut ada beberapa kuli yang tidak datang dan sengaja menyembunyikan diri. Papa i Wunte sangat marah, tetapi ia tidak dapat memaksa mereka yang tidak mau, selain dengan mengambil suatu bahan beban sendiri, dan mulai mengakutnya. Hal itu dianggap terlalu memalukan mereka yang menolak. Mereka muncul dari tempat persebunyian dan mengejar kelapala mereka untuk mengambil beban yang di pikulnya
Dengan begitu Papa i Wunte dapat menyelesaikan banyak perkara. Tetapi bukan karena pengaruh langsung dari jiwa yang kuat, tetapi dengan menimbulkan rasa malu karena ia menujuk pada jasanya bagi mereka. Karena kelemahan wataknya ini ia memang umumnya disenangi tetapi kekuatan dan pengaruhnya terbatas sekali.
Para musuh sukunya dari Napu sering menyalah gunakan kelemahan Papa i Wunte. Orang Pebato berperang melawan orang Napu, namun mereka selalu kalah. Oleh karena itu orang Pebato sekarang ditaklukan orang Napu. Seorang ayah biasa menceritakan kepada anak lelakinya betapa kuatnya orang Napu. sehingga mereka tidak dapat di lawan. Para ibu biasayan menceritakan pada anak-anak perempuan, betapa kasarnya orang Napu, yang begitu saja mengambil sesuatu yang disukai mereka. itu sebabnya para gadis yang kembali dari kebun dengna hasil panen, lari kalau mereka melihat orang Napu.
Dan karena orang Napu tahu bahwa orang itu begitu takut, mereka berani memaksa bermacam-macam denda yang tidak adil. Orang Pebato sering mengeluh, tetapi sudah tahu sebelumnya bahwa mereka terpaksa harus membayar apa yang diminta. Sebagian besar dari perkara-perkara, yang ditangani Papa i Wunte menyangkut denda-denda yang tidak adil dari orang Napu. Biasanya Papa i Wunte pergi kerumah mereka yang di denda, dan berbicara dengan mereka berjam-jam. Kadang-kadang ia berhasil untuk mengurangi denda itu, tetapi tidak pernah denda itu dibatalkan seratus persen. Seorang Napu tidak akan pernah mengakui kesalahan dengan berdiam diri, dan Papa i Wunte tidak dapat mengatakan dengan keras: “ Denda itu tidak adil. Kamu menolak membayarnya” Pernyataan itu mengkin boleh diharapkan dari Papa i Wunte, kalau ia marah dan tersinggung secara pribadi. Tetapi orang Napu itu bersikap cukup cerdik untuk mencegah hal itu. Mereka mencuri kiri-kanan dari kebun-kebun orang Pebato, tetapi para pembatu Papa i Wunte tidak pernah kembali dengan berita: “saguer Bapak telah di curi oleh to Napu”
Meskipun ia sendiri tidak diganggu oleh mereka, Papa i Wunte sangat bergumul dengan penderitaan rakyatnya. Bertindak dengan keras, yang sering kami nasehatkan, Tidak mungkin baginya karena ia tidak mampu bersikap begitu. Tetapi segala cara untuk mengutangi beban rakyatnya, telah dipakainya. Pernah ia berjalan ke Sigi, Tempat tinggal raja Napu waktu itu, Raja Sigi berjanji banyak, tetapi tidak ada perubahan.
Pada tahun 1895 Papa i Wunte menikah dengan seorang gadis asalah Napu, yang ibunya adalah seorang Pebato. Melalui ayah gadis ini mempunyai hubungan keluarga dengan salah satu kepala Suku Napu yang paling berpengaruh. Istrinya, ine I maseka, sangat sedih karena perkawinan ini, tetapi yang terutama mendorong Papa i Wunte ialah harapanya untuk mendapat pengaruh diantara para kepala Napu, Sehingga melalui cara ini ia dapat membebaskan rakyatnya dari penganiaayaan. Tetapi setelah kita mengetahui kelemahan Papa i Wunte tidak seorangpun akan heran untuk mendengar bahwa tidak ada perubahan: orang Napu tetap sedikit menghormati Papa i Wunte, tidak mengambil miliknya sendiri, tetapi dari rakyatnya mereka tetap menuntut denda-denda dan merampas milik mereka. Perkawinan tersbut perlu dibatalkan setelah empat tahun, karena Papa i Wunte sendiri tidak dapat bertahan dengan istrinya dari Napu itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar