komentar anda

ShoutMix chat widget

7.16.2009

chapter 5, Mama i Maseka

Kelemahan dalam watak Papa i Wunte, yaitu bahwa ia ingin berteman dengan setiap orang. Pasti lebih merugikan apabila Ine i Maseka bukan istrinya. Perempuan ini pula berada diatas Orang Poso yang lain, disamping rasa hormat dan kasih terhadap suaminya, ia juga menyadari kekurangannya. Dengan penilaiannya yang terang dan tindakan yang berani, ia selalu mendorong suaminya untuk bersikap lebih keras dan mantap.
Saya sering menikmati kesempatan untuk meninjau kehidupan rumah tangga mereka, pada waktu saya sering menginap dirumah mereka. Setelah semua yang datang mendengar pemberitaan injil telah pulang ke rumah mereka masing-masing, dan Ine I Maseka membentangkan tikarku ditempat tidurku, saya masih lama dapat mendengar mereka berbicara di kamar tidur mereka , Papa i Wunte selalu menceritakan kepada istrinya tentang segala perkara yang terjadi pada hari itu. Ine i Maseka ingin tahu semua, selalu bertanya dan sering saya mendengar ia mengatakan: “ kalau itu terserah aku, hal itu atau hal ini tidak akan ku setujui atau lakukan.”
Sejak tahun-tahun pertama saya berada di Poso, saya sudah yakin bahwa Ine i Maseka sangat mempengaruhi suaminya secara positip, kelakuannya selalu tenang, tetapi keyakinannya teguh,
Salah satu kebiasaan orang Toraja, yang banyak menimbulkan masalah ialah yang berikut: kalau seseorang berhutan dan ia tidak melunasi hutang itu, si penagih hutang berhak untuk mengambil ganti ruginya dari keluarga atau suku yang dekat dengan pihak yang berhutang. Kemudian mereka yang dirugikan perlu menekan pihak yang berhutang uang adalah orang mereka. Kebiasaan yang buruk ini telah dilarang oleh pemerintah Belanda, berasal dari rasa solidaritas dalam suku-siku Tanah Poso. Dulu tidak ada milik pribadi, segala harta kekayaan dimiliki seluruh suku. Jadi kau ada suku lain yang menagih suatu hutang, mereka tidak peduli siapa yang membayarnya, biarpun hanya orang tertentu yang menyebabkan hutang tersebut.
Pernah orang Napu menuntut hutang mereka yang berupa beberapa ekor kerbau dari desa buyu mbayau, tetapi desa ini tidak mu membayar karena mereka mengatakan tidak berhutan pada orang Napu itu, sebagai ganti rugi orang Napu tersebut menangkap beberapa kerbau dari desa Panta, dan dengan kerbau itu mereka ingin berangkat. tetapi seorang dari Panta melihat mereka, lari ke Panta dan melapor bahwa antara lain seekor kerbau yang sangat disenangi oleh Ine i Maseka sendang dirampas. Ketika para lelaki sedang berdiskusi soal itu, Ine i Maseka sudah lari mengejar orang Napu itu, Setibanya di situ ia merangkul kerbaunya, dan sambil menangisi berteriak: “aku tidak membiarkan kau pergi ke Napu, kaul kau pergi,kita berdua berangkat.”
Terjadi perkelahian antara Ine i Maseka dan orang Napu itu. Mereka berusaha melepaskan dari ekor kerbau itu, dengan menarik rambutnya yang panjang, ia tidak takut kerbaunya dengan tanduk yang tajam. Tetapi pada akhirnya ia pingsan dan baru setelah ia dimandikan menjadi sadar kembali. Kerbau ternyata di bawah oleh orang Napu itu,
Saya sudah menceriterakan diatas, bahwa Papa I Wunte pernah mengambil istri yang kedua, Meskipun itu sangat sulit bagi Ine i Maseka ia tetap mengabdi pada suaminya. Dengan setia ia melayani dan tidak pernah menyalahkan suaminya. Namun setelah perkawinan tersebut dibatalkan, kuat emosinya selama periode itu menjadi jelas. Seringkali ia menceriterakan dengan gerakan yang hebat dan teriakan yang penuh emosi tentang periode itu. Meski ine I Maseka jauh lebih mudah daripada suaminya, semua orang memanggilnya ine ( ibu) , dan patut juga ia mendapat sebutan itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar