komentar anda

ShoutMix chat widget

7.16.2009

chapter 7, Pendirian sekolah pertama di Panta

Papa i Wunte adalah kepala suku pertama yang mengizinkan seorang guru menetap didesanya, Panta. Tindakan itu cukup berani, dan ia banyak mengalami perlawanan dari kepala suku yang lain. Salah satu dari mereka menegaskan,”Orang pertama di desaku yang membawah potongan kayu untuk membagun rumah guru, orang itu pasti akan kubunuh.” Jadi pertolongan yang kami dapat untuk membagun rumah-rumah guru yang pertama sangat kurang. Pada waktu kami ingin memajukan pekerjaan ini dengan menempakan seorang guru di Buyu Mbayau, Kami berhasil hanya berkat dukungan Papa i Wunte. Saya telah mengujungi desa tersebut dan bertemu dengan kepala desa, Papa i Lupi. Beliau telah meninggal, tetapi istrinya menceritakan betapa besarnya ketakutannyam sehingga ia tidak berani memandang wajah saya pada kesempatan itu. Lama kami berbicara dengan kepala desa itu, dan menjelaskan manfaat sebuah sekolah guna mendapat izin untuk menempatkan seorang guru disitu. Namun hasilnya tetap sama, yaitu mereka tidak mau menerima seorang guru.
Pada akhirnya saya minta pertolongan Papa i Wunte. Dua bulan tidak ada berita, tetapi tidak lama kemudian karya Papa i Wunte menyelenggarakan pesta penanaman. Banyak orang berkumpul di ladang yang telah dipersiapkan, atara lain kepala desa dan imam-pertanian dari Buyu Mabyau. Saya sudah menduga bahwa perkara ini dapat diselesaikan selama pertemuan itu. setelah acara makan bersama, Papa i Wunte berdiri dan mengatakan,” jadi disini telah hadir Papa i Lupi dan Papa i Langi ( dua orang besar dari Buyu Mbayau tadi), dan semu yang ingi kukatakan ialah bahwa guru untuk desa mereka sekarang duduk di sini.” ( dan ia menuju kan guru yang kami siapkan itu).


(foto: Dr Adriani bersama anak didiknya )

Saya tidak berpikir perkara itu akan diselesaikan begitu cepat; pastilah hal ini merupakan hasil dari banyak perundingan. Satu-satunya hal yang masih diutarakan oleh si imam pertanian ilah,” tetapi julau guru ini meniggal di desa kami, apakah kalian tidak akan membalas kematiannya?” Saya menjawab “ Saya yakin kalian tidak menyakitinya. Dan apabila Tuah mengambilnya, kami tidak akan menyalahkan kalian.’ Begitulah permulaan pekerjaan di Buyu Mbayau, yang sekrang disebut Longkida. Sekarang suatu jemaat yang kecil tetap hidup,merupakan buah pekerjaan itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar