komentar anda

ShoutMix chat widget

7.16.2009

chapter 9. Kuatnya kuasa kegelapan menghambat penerbosan injil

Lebih dari satu kali kami mendapatkan kesan bahwa pengaruh Injil terhadap Papa i Wunte sama sekali tidak berati. Pada waktu kepala desa Mapane. Papa i Wata, meninggal dunia pada tahun 1901, Papa i Wunte begitu terikat akan persahabatan dengan kepala ini sehingga ia merasa suatu keharusan untuk mengorbankan seseorang dikuburannya. Kuasa kekafiran sepenuhnya menguasainya lagi. Tanpa sepengetahuan keluarga Adriani, ia membeli seorang perempuan yang tua di Panta. Setengah jam menjelang desa Mapane korban itu dipotong, dan kuburan Papa i Wata dihiasi dengan rambut kepalanya. Kami mau membahas perkara ini secara serius dengannya, tetapi ia diam, sehingga kami tidak tahu apa pemikirannya.
Pada waktu yang hampir sama kami mendapat kabar bahwa Papa i Wunte mau berjalan ke Wilayah musuh bebuyutannya, orang Kinadu, untuk memperoleh kepala manusia lebih banyak guna menyelesaikan waktu berkabung terhadap seorang bibi. Kami sudah tahu jalan pemikiran pada peristiwa serupa, ” kamu pasti tidak mengasihi bibimu, sehingga kami tidak mau pergi mencari beberapa kepala untuk jiwanya”. Karena perkataan begitu Papa i Wunte merasa dirinya dipermalukanm dan ia memutuskan untuk menghadapi segala bahaya dengan susah payah perjalan ini.
Namun syukur kata-kata kami dan dari bapak Adriani disertai berkat Tuhan, dapat mencegah kepergiannya. Nampaknya pada periode itu Papa i Wunte ingin lepas dari tangan Tuhan yang sudah berada diatasnya, karena peristiwa yang berikut juga terjadi pada tahun yang sama, Pernah saya baru tiba di Buyu Mbayau pada waktu seseorang yang berpengaruh disitu diketemukan dalam keadaan pingsan dekat sumber air, Setelah ia dibawah keatas dalam rumahnya, masih lama sebelum ia sadar kembali, dan pada saat itu ia nampaknya sudah menjadi bisu.
Baru setelah satu hari ia dapat berbicara lagi, dan menceritakan bahwa seekor rusa telah mendekatinya dan berubah menjadi seorang anak perempuan yang tinggal dibekas desa Kayuku. Gadis itu menceriterakan kepada lelaki ini, bahwa ia telah memakan hati beberapa orang yang belum lama meningal, dan bahwa ia sekarang mencari suatu kesempatan untuk melakukan hal yang sama dengan hati Papa i Wunte dan Papa i Tobubu ( juga seorang kepala suku Pebato). Sekarang semua orang telah yakin bahwa mereka berurusan dengna suatu Pongko.
Saya mendesak Papa i Wunte supaya tidak campur tangan dalam hal ini; bahwa ia telah cukup mengenal Allah untuk mengetahui suatu Pongko tidak dapat menyakitnya apabila ia percaya pada Tuhan. Ia berdiam saja, tetapi pada suatu hari saya menerima kabar bahwa suatu rombongan lelaki dewasa dipimpin Papa i Wunte telah berada di Kayuku untuk menuntut kematian anak perempuan tersebut yang dianggap mepongko. Anda mungkin masi ingat bahwa mereka yakin akan kesalahan seseorang yang dituduh mepongko melalui suatu tes dimana terdakwa itu harus memasukan jarinya dalam dammar yang mendidih, Apabila jarinya tidak terbakar, orangnya dianggap tidak bersalah. Akan tetapi pada waktu itu ada seorang kepala desa disitu yang umumnya di hormati dan cukup berpengaruh, yang namanya Ta Danuji.
Dialah yang meyakinkan orang Pebato itu bahwa pertama mereka harus membutkikan bahwa anak perempuan tersebut dalam bentuk rusa telah berada di sumber air desa Buyu Mbayau, Hal itu hanya dapat dibuktikan melalui suatu sidang dewa, Baik dari lelaki Pebato maupun dari lelaki desa Kayuku seseorang maju, untuk melempar sebuah tombak, Pihak yang tombaknya paling dalam masuk ke tanah adalah yang benar. Ternyata tes ini menguntungkan pihak Kayuku, dan orang Pebato terpaksa mundur. Anak perempuan itu tetap hidup, dan tinggal dikuku sebagai ibu beberap anak.
Saya tidak perlu lagi menerangkan betapa beratnya pergumulan kami selama peristiwa ini. Kami merasa bahwa Tuhan bekerja dalam hati orang ini dan bahwa hanya kuasa Injil dapat menguatkannya. Ada juga petunjuk bahwa itu memang terjadi dan kami bersyukur bahwa Papa i Wunte tidak lagi dapat melepaskan dirinya dari tangan Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar